LALALA - Menonton Musik Cadas

7:40 pm



X: Apa yang kamu rasakan sebagai penonton musik cadas ketika melihat konser tersebut? Chaos kah?

Y: Rasanya lebih seperti kamu mondar-mandir bawa lamaran kerja di tengah kota saat panas terik lalu ada seorang SPG minuman mineral merk baru yang ngasih kamu sebotol dingin produknya dengan gratis tentunya hahaha.

Karena pertanyaannya tentang apa yang saya rasakan berati sah saja kalau jawaban yang kemudian saya berikan sifatnya sangat subjektif, tentunya jawaban berdasar dari yang saya rasakan dulu. Karena seingat saya pertunjukan musik cadas yang terakhir kali saya lihat adalah sekian tahun yang lalu. Bagi saya sendiri dulu menonton musik seperti itu adalah semacam kebutuhan, Kisaran 2009-2013 adalah tahun-tahun subur untuk musik keras terutama yang orang-orang awam menyebutnya underground. Hampir setiap minggu ada saja pertunjukan musik yang digelar. Dan hampir setiap minggu juga saya mondar-mandir dari satu acara keacara lain yang kami punya istilah sendiri untuk menyebutnya dengan nge-gigs

Ditahun-tahun itu adalah masa dimana saya sedang duduk dibangku kuliah, otomatis masalah hidup yang saya hadapi adalah kebosanan-kebosanan dengan tugas dan kegiatan kuliah tak lebih. Nge-gigs bagi saya adalah sarana untuk melepas kepenatan tersebut , dan kalau pertanyaannya adalah apa yang saya rasakan maka jawabannya adalah kesenangan. Sesimpel itu , berada ditengah-tengah kerumunan orang dan musik yang di sukai apalagi definisi yang tepat kalau bukan senang dan bersenang-senang.

Dan kemudian pertanyaan selanjutnya adalah apakah itu menjadi Chaos? Ya, akan chaos sekali tapi yang terjadi adalah chaos yang disengaja. Bayangkan kamu ada disekumpulan makhluk dengan spesies yang sama dan mereka sedang melakuan semacam perayaan. Pasti akan chaos sekali, seperti itu juga yang terjadi saat crowd ada di moshpit. Beragam orang dengan beragam latar belakang dan masing-masing punya masalah dalam kehidupan kemudian bersama-sama melakukan semacam ritual katarsis yang meledak-ledak. 

Dalam musik keras ada banyak istilah-istilah mutan yang kalau dirunut dari ilmu bahasa mungkin tidak akan nyambung namun kami bisa mengerti artinya, crowd, pogo dance, mosphit, circle pit, crowd surfing stage diving dan banyak istilah lain. Dan ritual-ritual itulah yang menjadi semacam sakramen untuk melepaskan energi negatif yang ada di masing-masing personal. Tanpa saling kenal saling berbagi energi positif, hantam badan kanan-kiri, melompat dari barikade atau panggung, terjatuh nyaris terinjak kemudian entah tangan siapa pasti akan nada uluran tangan yang membantu. Sebuah empati yang saya sendiri hampir-hampir tidak menemukannya dikehidupan sehari-hari orang metropolis. 

Dengan atau tanpa alkohol, dan ini sekalian meluruskan bahwa  selama ini kerumunan crowd yang sedang menikmati musik keras pasti identik dengan alkohol atau minuman keras, kalau saya bisa katakan itu adalah anggapan yang tidak mendasar dan banal. Karena dari yang saya rasakan tanpa pengaruh alkohol sekalipun dan dengan kesadaran yang penuh, ketika sedang dikerumunan massa dan hingar-bingar musik yang bising saya sendiri merasakan semacam ketenangan yang transenden. 

Yang sensasinya akan sangat berbeda dengan kalau saya sedang memutar musik didalam kamar.

Kalau chaos yang dimaksud adalah kekacuan dalam definisi negatif seperti perkelahian massal saya sendiri malah jarang menemui hal seperti itu setidaknya dulu waktu sering nge-gigs dan kalaupun ada lebih sering gesekan kecil yang akan selesai dengan sendirinya tanpa berbuntut panjang. 


Ditulis oleh Ipunk, dan belum dipublikasikan dimanapun.

You Might Also Like

0 komentar